Sunday, January 25, 2004

Hujannya Senin Pagi

Senin pagi, Doethe harus menyerah pada waktu dan kekacauan rutin setiap minggu. Matanya yang perih (karena semalaman habis menonton film 'dewasa') dan tubuhnya yang pegal (mungkin ada hubungannya dengan satu pak rokok Filtra dan dua cangkir kopi yang dihabiskannya semalam) harus diredam demi mensiasati waktu. Toh, ia harus sampai di kantor sesegera mungkin.

Dalam kendaraan yang berdesakan, hawa panas meruap hingga perih di matanya semakin perih saja rasanya. Doethe hendak menguap, tapi ditahan karena khawatir menghirup beragam larutan keringat yang melayang di udara.

Belum seberapa jauh bus itu melaju, ia merasakan sedikit perbedaan pada cuaca hari itu. Benar juga, tiba-tiba hujan turun di senin pagi.

Oke, hujan memang sesuatu yang indah dan berkah untuk umat manusia, tapi dalam kasus Doethe pagi ini ia mengutuk hujan. Masalahnya, hujan juga membawa udara lembab dari luar ke dalam.

Bagi yang berkendaraan tertutup dengan AC dan minus berdesak-desakan, hujan pagi ini benar-benar romantis. Bagi Doethe, dan entah berapa lusin penumpang yang berhimpitan disekitarnya, hujan adalah petaka.

Lembab udara mendesak masuk, lubang napas seperti disumpel dengan tisu tipis basah berbau asam. Belum lagi aroma lain yang ikut-ikutan mengacaukan suasana. Aduuh! Ada yang kentut lagi! Sialan! Doethe mengutuk dalam hatinya.

Pagi ini, senin pagi yang hujan ini, Doethe mencoba larut dalam lamunannya: tentang mobil pribadi ber AC, tentang alunan musik yang mengalir lembut dari sound system Bose di dashboard (tentunya surround dan gegap gempita), jika perlu tayangan film DVD terbaru di layar pribadi (duduk di kursi belakang, asik sendiri, sementara di luar kemacetan melindas jalanan!).

Ah, khayalan dan lamunan jadi teman yang menyenangkan pagi-pagi begini. Apalagi, senin pagi (yang selalu tegang dan melelahkan) ditambah hujan!

Imajinasi adalah satu-satunya pelarian yang nyaman!

No comments: